Tiga Kata Ajaib

Tiga kata itu adalah:

  1. MAAF. Jangan segan-segan untuk mengucapkan maaf. Mungkin sebagian orang merasa pantang untuk mengucapkan kata ini, karena banyak anggapan bahwa orang yang meminta maaf akan dianggap lemah, kalah, atau tidak berdaya.. Benarkah ? Tidak !! kata maaf dapat memunculkan sifat rendah hati, “Maaf” membuat kita bisa menerima keadaan diri kita.. sebagai seorang manusia biasa, yang nggak mungkin luput dari kesalahan. “Maaf” dapat membantu kita dalam ‘proses mengampuni’ diri sendiri – yang pada akhirnya dapat membawa ke proses ‘mengampuni orang lain’. “Maaf” bukan berarti kalah, sebaliknya, maaf membuat kita belajar menghargai orang lain yang pada akhirnya akan membawa ‘kemenangan tak terduga’ pada diri kita – “Maaf” memberi pelajaran bahwa ‘kebenaran adalah hak bagi semua orang’. Bahkan, kadangkala “maaf” dapat membuat musuh-musuh kita malu, malu akan dirinya sendiri, malu akan kesombongan dan keangkuhan yang selalu ia pegang selama ini (Apalagi kalau dia betul-betul tahu bahwa sebenarnya kesalahan ada pada dirinya sendiri). Dan jangan takut untuk meminta maaf !!! dan jangan pernah khawatir “Maaf”-mu tidak diterima.. Bukankah di dalam lubuk hati terdalam setiap manusia, akan selalu ada keinginan untuk memaafkan dan mengampuni orang lain ?

So.. Jangan ragu-ragu untuk mengucapkan kata “Maaf” – dan buka hati anda, serta hancurkan kesombongan itu !

  1. TOLONG. Setiap orang tahu, kalau kita adalah makhluk sosial – makhluk yang tak mungkin mampu hidup sendiri tanpa orang lain. So.. kata “Tolong” adalah kata yang ’sangat wajar diucapkan’. “Tolong” membuat kita menyadari keterbatasan-keterbatasan yang ada dalam diri kita.. “tolong” membuat kita ‘lebih mampu’ menerima diri kita sendiri – secara apa adanya. “Tolong” membuat kita lebih mampu untuk melihat secara jernih.. apa yang bisa dan apa yang tidak bisa kita lakukan – dan dalam proses lebih lanjut hal ini dapat membantu kita untuk menerima setiap kekurangan yang ada dalam diri kita .Sebagian orang merasa ‘malu’ untuk berkata “tolong” ..kenapa ? karena secara tidak sadar kita memang ‘terdidik’ untuk menjadi ‘mandiri’.. MANDIRI ? .. TIDAK !! Mandiri bukan berarti kita tidak membutuhkan orang lain, mandiri bukan berarti menjadi egois dan tidak pernah melibatkan orang lain. Mandiri adalah sebuah proses penemuan jati diri – dan setahuku kata “Tolong” akan sangat dibutuhkan untuk menuju kemandirian.. dan jika tidak – anda akan tersesat kepada keegoisan semata. Jangan ragu-ragu untuk meminta tolong kepada seseorang.. tahukah anda bahwa di dalam hati seseorang pasti selalu ada keinginan untuk menolong orang lain ? bahwa selalu muncul harapan agar bisa membantu dan berarti bagi orang lain ? Yup !! ini adalah insting alami yang diberikan Tuhan kepada setiap manusia. So.. hargailah orang lain dengan meminta ‘tolong’ kepada dia.. buatlah dia merasa berharga di hidupmu, biarkan dia merasa lega dan bahagia karena bisa menolong anda.. Jangan malu untuk meminta tolong kepada orang lain.. termasuk orang-orang yang anda benci – karena biasanya kebencian itu akan ‘runtuh’ saat kasih mengalir dalam sebuah pertolongan yang tulus.

 

  1. TERIMA KASIH. Terima kasih ? Yap.. kata-kata yang sering kita lupakan saat kita menerima bantuan dari orang lain. Memang, bagi sebagian orang sangat sulit untuk mengucapkan ini. Kenapa? Karena “terima kasih” membutuhkan ketulusan, “terima kasih” membutuhkan tatapan mata yang hangat, “terima kasih” membutuhkan sentuhan kasih… Sudahkah kita lupa akan hal-hal ini ? Kita harus menyadari, bahwa sebenarnya bantuan yang diberikan orang lain kepada kita – apapun itu – tidak akan bisa tergantikan. Banyak orang berusaha ‘membalas budi’ kepada orang lain.. tetapi seringkali hal ini malah melahirkan kekecewaan bahkan permusuhan. Kenapa ? karena tidak akan ada budi yang bisa terbalaskan.. mata tidak mungkin diganti dengan mata – gigi tidak mungkin digantikan dengan gigi – dan hidup tidak akan mungkin digantikan dengan hidup ! Bagaimana jika yang memberi bantuan tersebut adalah bukan orang yang kita kenal ? bagaimana jika yang memberi bantuan tersebut adalah orang tua kita ? bagaimana jika yang memberi bantuan tersebut adalah seorang malaikat ? dan bagaimana jika yang memberi bantuan tersebut adalah Tuhan ? mampukah kita ‘membalas-Nya’ ? Jawabannya simpel : MAMPU !!

Tuhan telah merakit dua kata ini untuk anda.. TERIMA KASIH !! dua kata ini sudah mewakili semuanya. Dua kata ini sudah mewakili balasan apapun yang pernah diberikan oleh orang-orang di sekitar anda. Kata ‘terima kasih’ yang anda ucapkan – mewujudkan bahwa pertolongan yang dia berikan adalah pertolongan yang tak terbalaskan – pertolongan yang sangat berarti bagi hidup anda.

sudah berapa lamakah anda mulai ‘lupa’ mengucapkan kata-kata ini kepada orang tua, teman, atau Tuhan ?

Terima kasih.. dapat membuat anda belajar menghargai orang lain, dapat membuat anda ‘berdamai’ – dengan sesama, dengan alam.. dan dengan Tuhan..

Mekanisme Pertahanan Diri

Mekanisme pertahanan diri (self-defense mechanism) merupakan salah satu bentuk penyesuaian diri untuk melindungi seorang individu dari kecemasan, meringankan penderitaan saat mengalami kegagalan, dan untuk menjaga harga diri. Namun jika mekanisme ini terus-menerus dilakukan, justru bukannya mendapatkan perlindungan tetapi akan menjadi ancaman, karena sebenarnya mekanisme pembelaan diri ini mengandung banyak unsur penipuan diri sendiri, dan distorsi realitas atau memutarbalikan fakta. Sebagian besar mekanisme ini bersifat unconcious atau di bawah sadar, sehingga sukar dinilai dan dievaluasi secara sadar.

Beberapa bentuk mekanisme pertahanan diri antara lain:

  1. Identifikasi yaitu ingin menyamai figur yang diidolakan. Ia akan memindahkan salah satu ciri dari figur yang diidolakan ke dalam dirinya sehingga ia merasa harga dirinya bertambah tinggi.
  2. Introjeksi merupakan bentuk sederhana dari identifikasi. Ia akan mengikuti norma-norma sehingga ego-nya tidak terganggu oleh ancaman dari luar (pembentukan super-ego).
  3. Proyeksi yaitu menyalahkan orang lain atas kesalahan atau kekurangan, keinginan, atau impuls dirinya sendiri.
  4. Represi yaitu secara tidak sadar mencegah keinginan atau pikiran-pikiran yang menyakitkan masuk ke dalam kesadaran. Represi membantu individu mengendalikan impuls yang berbahaya. Misalnya melupakan suatu pengalaman traumatik (amnesia). Keinginan yang direpresi dapat muncul kembali bila pertahanan diri melemah atau saat mabuk dan tidur.
  5. Regresi yaitu kembali ke tingkat perkembangan terdahulu. Cenderung bertingkah primitif, misalnya mengamuk, meraung-raung, melempar, merusak, dan sebagainya.
  6. Reaction formation yaitu bertingkah laku berlebihan yang bertentangan dengan keinginan atau perasaan sebenarnya. Misalnya, pantang membicarakan seks karena dorongan seks yang kuat atau terlalu banyak protes yang berarti sama saja mengakui kesalahan diri sendiri.
  7. Undoing yaitu menghilangkan pikiran atau impuls yang tidak baik, seolaholah menghapus suatu kesalahan. Misalnya, pacar yang berselingkuh tiba-tiba bertindak manis di depan kekasihnya dengan demikian ia merasakan ketidaksetiaannya terhapus.
  8. Displacement yaitu mengalihkan emosi, arti simbolik atau fantasi sumber yang sebenarnya ke orang lain, benda ataupun keadaan lain. Misalnya, seorang karyawan dimarahi oleh bosnya kemudian saat pulang ke rumah ia marah-marah pada istri dan anaknya.
  9. Sublimasi yaitu mengganti keinginan atau tujuan yang terhambat dengan cara yang dapat diterima oleh masyarakat. Misalnya, kehilangan pacar disalurkan menjadi novel percintaan, dan sebagainya.
  10. Acting out yaitu langsung mengutarakan perasaan bila keinginan terhambat. Misalnya, bertengkar untuk menyelesaikan masalah.
  11. Denial yaaitu menolak untuk menerima atau menghadapi kenyataan yang tidak enak.
  12. Kompensasi yaitu menutupi kelemahan dengan menonjolkan kemampuannya yang lain.
  13. Rasionalisasi yaitu memberi keterangan bahwa tingkah lakunya menurut alasan yang seolah-olah rasional sehingga tidak menjatuhkan harga diri.
  14. Fiksasi yaitu berhenti pada tingkat perkembangan satu aspek tertentu (emosi, tingkah laku atau pikiran) sehingga perkembangan selanjutnya terhalang. Misalnya, bersikap kekanak-kanakan, atau selalu mengharapkan bantuan dari orang lain.
  15. Simbolisasi yaitu menggunakan benda atau tingkah laku sebagai simbol pengganti suatu keadaan yang sebenarnya. Misalnya, seorang anak selalu mencuci tangan untuk menghilangkan kegelisahannya, setelah ditelusuri ternyata ia melakukan masturbasi sehingga merasa berdosa
  16. Disosiasi yaitu keadaan dimana seorang individu memiliki dua kepribadian. Kepribadian primer adalah yang asli; dan sekunder berasal dari unsur lain terlepas dari kontrol kesadaran individu.
  17. Konversi yaitu transformasi konflik emosional ke dalam bentuk gejala jasmani. Misalnya, seseorang tiba-tiba tidak dapat bersuara. Faktor penyebab perlunya dilakukan mekanisme pertahanan adalah kecemasan.

Bila kecemasan sudah membuat seseorang merasa sangat terganggu, maka ego perlu menerapkan mekanisme pertahanan untuk melindungi individu. Rasa bersalah dan malu sering menyertai perasaan cemas. Kecemasan dirasakan sebagai peningkatan ketegangan fisik dan mental. Perasaan demikian akan terdorong untuk bertindak defensif terhadap apa yang dianggap membahayakannya. Penggunaan mekanisme pertahanan dilakukan dengan membelokan impuls id ke dalam bentuk yang bisa diterima, atau dengan tanpa disadari menghambat impuls tersebut.

Kita Perlu Malu

Malu adalah salah satu bagian dari kepribadian kita. Banyak hal yang membuat kita malu untuk melakukan sesuatu. Malu identik dengan tidak percaya diri. Betulkah demikian? Sebetulnya berbeda. Malu tidak berani melakukan sesuatu, karena berbagai pertimbangan, misalnya tidak sesuai dengan norma, atau aturan yang telah ditetapkan dalam suatu komunitas. Sedangkan tidak percaya diri ialah tidak berani melakukan sesuatu karena memang tidak mampu. Atau karena pertimbangan lain selain norma. Terdapat beberapa faktor yang membuat seseorang malu untuk melakukan sesuatu, di antaranya latar belakang keluarga dan pendidikan serta nilai yang dianutnya. Malu bisa bersifat positif, bisa juga bersifat negatif. Namun kebanyakan dari kita menempatkan malu tidak proporsional (tidak pada tempatnya). Namun terlepas dari apapun bahwa malu merupakan sebagian dari keimanan kita. Malu yang bagaimanakah yang merupakan sebagian dari iman itu? Malu yang proporsional.

Kita Perlu Malu untuk:

  1. Terlambat Ketika kita telah menyepakati janji untuk bertemu pada waktu tertentu dengan seseorang tapi kemudian kita terlambat. Atau yang lebih parah kita terlambat masuk kelas, karena kita kesiangan bangun tidur, karena semalaman kita sibuk ngerumpi. Cobalah tanyakan pada diri kita apakah kita malu ketika melakukan hal itu, kalau misalnya kita tidak malu, berarti kita termasuk orang yang kurang malu.
  2. Berhutang, seringkali kita kepepet di akhir bulan sehingga meminjam uang pada teman kita, pasalnya jatah yang diberikan orangtua kepada kita telah habis, misalnya hal itu terjadi karena kita kurang bisa mengatur uang. Solusi tercepat adalah kebanyakan kita meminjam uang teman. Dengan janji kita akan melunasinya ketika kita telah mendapat suntikan dana dari orangtua. Mungkin karena kita telah terbiasa melakukan hal itu kita jadi cuek untuk meminjam kepada teman padahal bisa saja dia juga membutuhkan uang itu tapi karena kita tidak peka terhadap hal itu akibatnya kita easy going, padahal seharusnya kita malu apalagi kalau keseringan.
  3. Meminjam barang, bila kita meminjam barang milik teman untuk sesekali, itupun karena kita sangat membutuhkannya, hal itu masih wajar. Tapi jika kita sering meminjam barang punya teman dan kita tak mau tahu apakah barang tersebut dibutuhkan oleh teman kita nah itu baru kamu boleh malu.
  4. Berbohong untuk hal positif, misalnya untuk membesarkan hati seseorang yang sedang down, hal itu wajar dilakukan. Tapi berbohong menutupi sesuatu yang menjadi aib, hal itu tidak layak dilakukan, apalagi merugikan banyak orang.
  5. Korupsi, perilaku ini banyak dilakukan oleh para pejabat baik dalam skala besar atau kecil. Dilakukan dalam skala besar atau kecil, perbuatan tersebut tetap saja tercela dan juga dilarang. Karena bagaimanapun juga setiap segala sesuatu yang kita perbuat akan dipertanggungjawabkan. Lagian apa sih untungnya korupsi, bisa-bisa jadi buronan yang dicari oleh negara.
  6. Menyontek merupakan salah satu aktivitas yang sering dilegalkan terutama oleh siswa yang tidak percaya diri terhadap potensi yang dimilikinya dan cerminan yang sportif dan pemalas.

 

Kita Tidak Perlu Malu untuk:

  1. Berpendapat, pendapat merupakan salah satu cerminan yang menandakan pola pikir kita. Misalnya dalam suatu forum kita tidak berani memberikan pendapat karena malu, padahal siapa tahu pendapat yang kita berikan dalam forum tadi lebih baik dari pendapat yang lainnya, sehingga acaranya menjadi lebih sukses karena pendapat yang kita berikan.
  2. Maju, kemajuan tidak akan tercapai tanpa adanya proses perubahan pada diri kita. Jika kita malu untuk merubah kebiasaan jelek, maka kita tidak akan bisa maju.
  3. Berkreasi dalam bentuk apapun tidak dilarang, karena dengan berkreasi akan terukur sejauh mana keprofesionalan atau bakat kita dalam suatu bidang. So jangan takut untuk berkreasi.
  4. Mengakui kesalahan merupakan salah satu cerminan pertanggungjawaban kita terhadap apa yang telah kita lakukan, namun hal ini jarang dilakukan. Kenapa? Karena kita merasa malu untuk melakukan hal itu.
  5. Menolak adalah sesuatu hal yang wajar, dan kita tak perlu merasa tidak enak hati untuk menolak apalagi menolak sesuatu hal yang negatif. Bagaimanapun hal itu menandakan bahwa kita memiliki ketegasan terhadap diri kita dan orang lain (terutama yang kita tolak).
  6. Bertanya, malu bertanya sesat di jalan. Masih ingat dengan pepatah tersebut? Hal itu benar adanya jika dikaitkan dengan logika bila kita berada di suatu tempat yang baru kita kunjungi. Kita merasa bingung dan akhirnya tersesat karena malu untuk bertanya. Terka apa yang akan terjadi.

Pikirkanlah !!

Kita Termasuk Kategori Kepribadian Manusia yang Seperti Apa Yah??

Pengertian Kepribadian

Gordon Allport merumuskan kepribadian sebagai “sesuatu” yang terdapat dalam diri individu yang membimbing dan memberi arah kepada seluruh tingkah laku individu yang bersangkutan. Lebih detail Allport mendefinisikan kepribadian sebagai suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pikiran individu secara khas. Allport menggunakan istilah sistem psikofisik dengan maksud menunjukkan bahwa jiwa dan raga manusia adalah suatu sistem yang terpadu dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, serta di antara keduanya selalu terjadi interaksi dalam mengarahkan tingkah laku. Sedangkan istilah khas dalam batasan kepribadian Allport itu memiliki arti bahwa setiap individu memiliki kepribadiannya sendiri. Tidak ada dua orang yang berkepribadian sama, karena itu tidak ada dua orang yang berperilaku sama. Sigmund Freud memandang kepribadian sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem yaitu Id, Ego dan Superego. Tingkah laku tidak lain merupakan hasil dari konflik dan rekonsiliasi ketiga sistem kepribadian tersebut.

Kepribadian terbentuk karena proses keterlibatan subjek atau individu atas pengaruh-pengaruh internal dan eksternal yang mencakup faktor-faktor genetik atau biologis, pengalaman-pengalaman sosial, dan perubahan lingkungan. Dengan kata lain corak dan keunikan kepribadian individu itu dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan dan lingkungan. Kepribadian terbentuk oleh faktor-faktor :

a. Internal yang lebih menunjuk kepada faktor bawaan atau genetik.

b. Eksternal yang meliputi pengaruh lingkungan, baik sosial maupun non-sosial

Tipe-tipe Kepribadian

Ada beberapa tipe kepribadian menurut Hipocrates :

a.  Kepribadian Sanguinis

Tipe kepribadian ini memiliki ciri-ciri ekstrovert, optimis , periang dan penuh semangat, penuh rasa ingin tahu. Tipe ini memiliki rasa humor yang tinggi, ditambah dengan antusiasme dan sikap ekspresif mereka selalu menjadi bintang dalam setiap pertemuan. Tipe ini memiliki kebutuhan mendasar akan pengakuan dan penghargaan.

b.  Kepribadian Melankolis

Kepribadian ini memiliki ciri-ciri : introvert, pemikir, pesimis mendalam dan penuh pikiran yang analitis, serius dan tekun, cenderung jenius, berbakat dan kreatif, tipe ini sangat teliti, hati-hati dan suka curiga, taat aturan, sangat konsisten dengan perasaan yang halus. Tipe ini memiliki kebutuhan mendasar berupa  jawaban yang bermutu dan didukung data yang lengkap dan akurat.

c.   Kepribadian Koleris

Ciri-ciri kepribadian ini adalah : ekstrovert, keras, tegas, tidak emosional bertindak, tidak mudah patah semangat, bebas dan mandiri, memancarkan keyakinan dan bisa menjalankan apa saja, berbakat menjadi pemimpin. Tipe ini sangat dinamis, aktif,  dan membutuhkan perubahan. Tipe ini memiliki kebutuhan mendasar berupa  tantangan, pilihan, dan pengendalian.

d.  Kepribadian Phlegmatis

Kepribadian ini memiliki  ciri-ciri: introvert, mudah bergaul dan santai, diam tenang,  sabar, pemalu, hidup konsisten, tenang tapi cerdas, simpatik dan rendah hati, menyembunyikan emosi, bahagia menerima kehidupan, tidak suka konflik dan pertentangan. Mereka sulit mengatakan “tidak”, dan sangat sentimental. Tipe ini memiliki kebutuhan mendasar berupa penghargaan dan penerimaan.

Kematangan kepribadian menggambarkan kedewasaan seseorang. Kematangan pribadi, ditunjukkan dengan ciri-ciri antara lain :

a. Mampu menerima diri sendiri apa adanya, mampu menerima kekurangan dan kelebihan diri secara positif.

b. Memiliki pegangan hidup yang kuat. Agama merupakan pegangan hidup bagi orang yang memiliki kematangan pribadi, maka ia akan memiliki kehidupan agama yang kuat.

c. Mampu menjalin hubungan dengan orang lain dengan rasa aman. Dalam berkehidupan sosial, pribadi yang matang dapat diterima dan menerima orang lain tanpa hambatan yang berarti. Dia dapat segera menyesuaikan diri tanpa ikut arus.

d. Mempunyai perencanaan masa depan. Mempunyai perencanaan akan masa yang akan datang dalam kehidupannya, tidak berpikiran sempit.

Kepribadian sebagai cara yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya. Keunikan kepribadian individu itu dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan dan lingkungan.

Jadi, kamu termasuk kepribadian manusia yang tipe apa??

Pentingnya Asertif

Asertif adalah kemampuan untuk mengkomunikasikan pikiran, perasaan dan keinginan secara jujur pada orang lain tanpa merugikan orang lain. Apabila kita mampu mengungkapkan perasaan negatif (marah, jengkel) secara jujur sesuai dengan apa yang kita rasakan tanpa menyalahkan orang lain, maka kita telah mampu berperilaku asertif. Berperilaku asertif, tidak hanya terbatas untuk mengungkapkan perasaan yang positif (senang) tetapi juga yang negatif.

AGRESIF : lawan dari asertif = perilaku menyerang orang lain dengan kata-kata yang kasar, mempermalukan, merendahkan, melecehkan, menyalahkan, marah-marah yang cenderung merugikan orang lain.

NON ASERTIF : tidak mengekspresikan pikiran dan perasaan pada orang lain dengan tidak mengatakan apapun dan menggerutu dalam hati yang sama sekali tidak dipahami oleh orang lain.

Karakteristik Orang Asertif Orang yang berperilaku asertif memiliki karakteristik antara lain:

  1. Mampu dan terbiasa mengekspresikan pikiran dan perasaan pada orang lain.
  2. Meminta pertolongan pada orang lain pada saat membutuhkan pertolongan.
  3. Sering bertanya pada orang lain pada saat sedang bingung.
  4. Pada saat berbeda pendapat dengan orang lain, mampu mengungkapkan pendapatnya secara jujur dan terbuka.
  5. Memandang wajah orang yang diajak bicara pada saat berbicara dengannya.
  6. Pada saat tidak ingin melakukan sesuatu pekerjaan, mampu berkata tidak.

Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Asertif banyak disebabkan oleh pengalaman masa kanak-kanak. Faktor tersebut dapat mempengaruhi cara kita berinteraksi dengan orang lain:

  1. Apabila pada masa kanak-kanak terbiasa takut untuk mengungkapkan apa yang kita rasakan karena takut orang lain tidak menyukai kita dan takut mengecewakan orang lain, maka hal ini dapat mengakibatkan kita berperilaku non asertif ketika dewasa.
  2. Bila pada masa kanak-kanak, kita terbiasa meluapkan emosi tanpa kontrol maka hal ini mengakibatkan kita berperilaku agresif ketika dewasa.

3 Pola Interaksi Ada 3 pola interaksi yang terbentuk sebagai hasil pengalaman pada masa kanak-kanak, yaitu :

  1. I’m not OK – You’re OK, Saya tidak OK – kamu OK, maksudnya adalah : saya harus yakin bahwa apa yang saya katakan tidak akan menyinggung perasaanmu. Pola interaksi ini merupakan perilaku non asertif, karena membiarkan diri kita pasif dengan alasan takut mengecewakan orang lain.
  2. I’m OK – You’re not OK, Saya OK – kami tidak OK. Maksudnya : orang lain patut mendapatkan kemarahan dan hinaan dari saya. Pola ini merupakan perilaku agresif, karena kita membuat orang lain tidak nyaman dengan apa yang telah kita katakan.
  3. I’m OK – You’re OK Saya OK – kamu OK. Maksudnya : saya bebas mengungkapkan apa yang saya rasakan dan saya bertanggung jawab terhadap perasaan saya. Pola interaksi ini merupakan perilaku asertif karena kita bebas mengungkapkan apa yang kita rasakan tanpa membuat orang lain merasa tidak nyaman.

Perilaku asertif seseorang dapat menimbulkan dampak seperti :

  1. Tidak membiarkan orang lain mengambil manfaat dari kondisi yang kita alami, dan orang lain juga memiliki kebebasan untuk mengungkapkan apa yang dirasakan.
  2. Tidak berperilaku agresif pada orang lain, bahkan menerima kehadiran orang lain dengan sikap terbuka.
  3. Kedua belah pihak yang berkomunikasi merasa nyaman, tidak ada yang ingin menyakiti lawan bicaranya dan tidak ada yang merasa disakiti hatinya.
  4. Tidak ada pihak yang merasa disalahkan dan dihina oleh keberadaan emosi negatif yang dirasakan oleh lawan bicaranya.
  5. Lawan bicara tidak terpancing untuk memberikan respons emosional.

Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menumbuhkan perilaku asertif antara lain:

  1. Berusahalah dan biasakanlah berbicara dengan rasa percaya diri.
  2. Berusahalah dan biasakanlah mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan jelas pada orang lain.
  3. Biasakanlah memandang wajah orang yang Anda ajak bicara.
  4. Biasakanlah mengungkapkan pendapat kita secara jujur dan terbuka pada orang lain.
  5. Apabila Anda tidak ingin melakukan suatu pekerjaan, maka katakan “tidak” (dengan kata-kata, nada, alasan yang bisa dimengerti serta diawali “maaf”).
  6. Responslah emosi Anda dengan cara yang sehat untuk menghindari perilaku agresif.

 

Mari belajar berperilaku asertif…